Berita Terkini

Mahasiswa Unair Meneliti Peran Penyelenggara Dalam Pemilu Inklusif Untuk Menjamin Hak Pilih Pasien

Hupmas, SURABAYA – KPU Surabaya kembali menjadi jujugan penelitian, Kamis (20/04/2017). Wedarini Kartikasari, mahasiswa pascasarjana Tata Kelola Pemilu Universitas Airlangga, Surabaya memiliki concern terhadap hak pemilih yang berada di rumah sakit.

“Saya sering mendengar berita tentang banyaknya pasien di rumah sakit yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya,” ujar staf program dan data KPU Lumajang tersebut. “Dengan melakukan penelitian ini saya berharap bisa menemukan solusi bagi pengembangan KPU dalam melayani hak pilih pasien. Apalagi saya adalah bagian dari penyelenggara pemilu sehingga memiliki tanggung jawab untuk bisa mengakomodir para pemilih yang tidak bisa mendatangi TPS (Tempat Pemungutan Suara) karena sakit,” jelasnya kembali.

Mengangkat judul tesis tentang Pemilu Inklusif: Menjamin Hak Pilih Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit, Weda mewawancarai Nurul Amalia, Divisi Teknis KPU Surabaya guna melengkapi penelitiannya.

“Setiap pemilu PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dan PPS (Panitia Pemungutan Suara) akan melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan pihak Rumah Sakit, minimal sowan. Agar mereka bisa berkoordinasi mengenai titik TPS yang bisa dijangkau oleh pasien, keluarga pasien, dan petugas rumah sakit,” ungkap Nurul. “Sedangkan untuk pasien rawat inap yang tidak bisa jalan ke TPS maka KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) akan mendatangi pasien tersebut,” ungkapnya kembali.

Nurul melanjutkan, “Selama sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, teman-teman KPPS akan melayani siapapun untuk menggunakan hak pilihnya,” pungkasnya. Namun menurut Nurul kendala saat di lapangan adalah kesulitan menangani jumlah pemilih di rumah sakit yang tidak bisa diprediksi. Terlebih regulasi tidak memperkenankan membuat TPS yang tidak ada DPT-nya (Daftar Pemilih Tetap). “Semua TPS berbasis DPT. Sehingga penyediaan surat suara harus sesuai dengan jumlah DPT ditambah 2,5 % cadangan,” tegasnya.

“Nah, problem-nya adalah ketika jumlah pemilihnya di rumah sakit ternyata melebihi surat suara yang tersedia, ini kemudian yang tidak yang bisa di-cover oleh petugas kami,” jelas perempuan asli Surabaya tersebut.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 54 kali