Berita Terkini

KISAH DIBALIK POTRET SURAT SUARA DALAM PAMERAN FOTO BERTAJUK “NIRMANA”

Hupmas, SURABAYA – Salah satu komponen fundamental dalam penyelenggaraan perhelatan pesta demokrasi rakyat adalah surat suara. Perjalanan surat suara melalui proses yang sangat panjang. Dimulai dari penetapan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT)  yang menjadi dasar penentuan jumlah surat suara yang akan dicetak ditambah dengan 2,5%. Selanjutnya adalah approval (persetu7juan) surat suara oleh peserta pemilu dan/atau pemilihan. Setelah proses persetujuan tahap berikutnya adalah pencetakan yang dilakukan oleh pihak rekanan. Setelah dicetak, surat suara harus disortir, dilipat, dan diset. Semua dilakukan dengan proses hati-hati dan cermat. Tidak semua orang memiliki akses dalam proses tersebut. Bahkan petugas yang melakukan penyotiran, pelipatan, dan pengesetan harus melewati mekanisme pemeriksaan badan ketika akan meninggalkan tempat surat suara itu berada. Proses selanjutnya adalah pendistribusian secara estafet dari KPU ke PPK, PPS, dan KPPS. Pada saat pencoblosan dan penghitungan perolehan suara, surat suara menjadi elemen yang krusial dan penting. Semua proses tersebut dikawal oleh kepolisian karena merupakan dokumen negara yang bersifat rahasia. Setelah pemenang peserta pemilu dan/atau pemilihan dilantik, maka surat suara masih perlu lagi melalui tahap berikutnya yaitu 1 (satu) bulan setelah pelantikan surat suara harus dimusnahkan melalui prosedur lelang (aanwijzing) di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Proses perjalanan surat su8ara inilah yang kemudian menjadi alasan dominan yang menarik untuk diangkat sebagai sebuah photo story oleh staf Subbagian Keuangan, Umum, dan Logistik KPU Surabaya, Farid Hardianto, dalam acara Pameran Foto Hasil Workshop Sinau Foto 2 bertajuk “Nirmana” pada tanggal 20 Mei 2017 lalu.  Acara yang dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, di Kantor LKBN Antara Biro Jawa Timur menjadi momentum bersejarah bagi 9 (sembilan) peserta pameran untuk berunjuk gigi menampilkan karya terbaiknya.

“Banyak sekali saat ini bermunculan fotografer-fotografer dengan berbagai komunitasnya, ada foto yang menggunakan kamera digital dan handphone. Namun cukup sedikit yang mau belajar dan mendalami teknik-tekniknya,” jelas pria yang akrab disapa Gus Ipul.

“Selamat dan sukses atas pameran foto jurnalistik ini. Saya bangga dengan anak-anak muda yang selalu mengasah jurnalistiknya, terutama di bidang fotografi,” jelasnya kembali.

Salah satu cuplikan foto Farid yang mencuri perhatian Gus Ipul adalah potret tumpukan surat suara yang sudah kotor, berserakan, berdebu, dan  sebagian telah dimakan rayap. Faridpun menjelaskan bahwa surat suara ini diambil pada saat akan dilaksanakan lelang pemusnahan/penghapusan surat suara pada akhir tahun 2016. Pada saat itu, surat suara sudah menjadi limbah dan harus dimusnahkan.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 46 kali