
Berlatih Berpikir Positif
Oleh: Nurul Amalia, S. Si
Komisioner Divisi Teknis Penyelenggaraan dan Data
Dinamika kehidupan membuat kita selalu berada pada dua kutub yang berbeda. Ada senang dan sedih, baik dan buruk, syukur dan kufur, positif dan negatif, dan sebagainya. Di saat mendapatkan apa yang kita inginkan, biasanya kita senang dan gembira serta mengucap rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Itu adalah hal yang wajar.
Akan tetapi, sering pula kita mengeluh atas sesuatu yang terjadi pada diri kita manakala kita mendapatkan suatu kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita, dan kebanyakan orang mengatakan itu wajar juga. Kita sering lupa bahwa apapun yang terjadi di dunia ini, sekecil apapun kejadian itu, semuanya atas izin Allah SWT. Jika Sang Khaliq menghendaki maka apapun itu bisa terjadi. Sebaliknya jika Sang Khaliq tidak menghendaki hal itu terjadi, meski diusahakan dengan mencurahkan segala kekuatan yang kita punya, maka sesuatu itu tidak akan pernah terjadi.
Sesungguhnya penyikapan atas apa yang terjadi, yang kita alami itu, merupakan persepsi terhadap apa yang ada pada pikiran kita. Persepsi itu akan mempengaruhi terhadap hasil yang akan kita dapatkan. Misalnya: seorang karyawan , Si X, karena menurut atasannya kinerjanya kurang maksimal, maka ia dipindahkan ke bagian yang menurut Si X adalah bagian yang tidak strategis, tidak banyak gunanya. Jadilah Si X ini kerja seenaknya. Yang penting datang tidak terlambat, uang makan bisa didapatkan secara penuh, semua haknya bisa didapatkan. Akibatnya Si X ini tidak akan mendapatkan nilai tambah apapun dari pekerjaan yang ia tekuni.
Sebaliknya, jika ia mengambil sisi positif dari hal tersebut, maka ia akan mengucapkan rasa syukur yang tiada habisnya. “Alhamdulillah, saya dipindah di bagian ini, pasti ini jalan terbaik saya untuk jenjang karir yang lebih baik. Alhamdulillah, saya masih diberi kepercayaan.” Dengan demikian Si X selalu melakukan
diri agar menjadi lebih baik, dan lebih baik lagi. Dengan berpikir positif, bisa jadi ini merupakan jalan kebaikan yang dibukakan oleh Allah SWT untuk kita meraih kesuksesan yang kita inginkan selama ini.
Orang yang selalu berpikir positif tidak akan mudah menyalahkan orang lain dengan maksud untuk menutupi kekurangan dirinya. Dia akan legawa dengan apa yang telah menimpa pada dirinya, seperti fiman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah ayat 216 yang artinya :” Boleh Jadi kamu membenci Sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Memang tidak mudah menjalankan teori diatas, tapi bukan berarti itu tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu, kita dituntut untuk senantiasa selalu belajar dan belajar, sedikit demi sedikit, pasti akan bisa. Karena sesuatu yang besar itu bermula dari yang kecil.
Apa yang kita pikirkan, akan tercermin dari perilaku, sikap dan tindakan yang kita lakukan. Jika kita berpikir positif, maka kita tidak akan gampang mengeluh, mengumpat maupun menghujat terhadap apa yang menimpa kita. Kalau kita berpikir positif, tentunya yang ada dipikiran kita adalah selalu ucapan rasa syukur yang tiada habisnya, meski kita sedang ditimpa musibah. Karena ketika berfikir positif tentang segala sesuatu yang terjadi, tentunya kita akan membandingkan dengan sesuatu yang lebih buruk sehingga yang muncul adalah rasa syukur itu. Ada nasehat yang mengatakan: untuk urusan dunia lihatlah yang di bawah, untuk urusan akhirat lihatlah yang di atas.
Maksudnya, jika kita mengukur kesenangan duniawi yang tiada habisnya, maka kita bisa melihat orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kita. Yang sudah punya sepeda bersyukur daripada jalan kaki, yang punya motor bersyukur daripada harus menggayuh jika hanya pakai sepeda, yang jalan kakipun bersyukur karena diberi anggota tubuh yang lengkap sehingga bisa jalan kaki dibanding yang lumpuh.
Dengan demikian yang ada hanya rasa syukur dan berterimakasih karena Allah SWT telah memberi nikmat yang tiada tara. Sedangkan untuk urusan akhirat kita harus melihat yang ada di atas kita. Jika ada yang bisa bangun dan melaksanakan sholat malam, maka kitapun harusnya bisa. Jika ada yang bisa melaksanakan puasa sunnah maka seharusnya kitapun bisa. Jika ada yang bisa bersedekah maka kitapun harus bisa. Jika ada orang yang berprestasi dalam kerja maka seharusnya kita juga bisa berprestasi.
Kita sering mendengar kalimat: “Kejarlah duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, kejarlah akhiratmu seakan-akan engkau mati esok”. Menurut pendapat saya, maksud dari dari kalimat tersebut adalah, karena masih banyak waktu untuk mengejar kesenangan dunia maka kita tidak usah terlalu ngoyo untuk mendapatkannya. Tetapi sebaliknya, karena waktu untuk mempersiapkan bekal akhirat itu tidak banyak maka sebaiknya kita prioritaskan untuk mencari bekal sebanyak banyaknya sebelum kita keburu di panggil Yang Maha Kuasa. Jika orientasi hidup kita untuk bekal akhirat, maka kita tidak akan menghalalkan segala cara untuk mencapai kesenangan dunia. Kita akan selalu berfikir positif dengan segala apa yang terjadi dan menimpa kita, dan hal itu akan memberikan semangat dan gairah untuk selalu berusaha menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Berikut untaian kata yang bisa jadi bahan renungan untuk kita:
Kita Meminta Kesejahteraan,
Allah memberi Otak, Peluang,dan Kesempatan untuk kita
Gunakan meraih Kesejahteraan
Kita berdoa meminta Kekuatan,
Allah memberi kesulitan untuk membuat kita Kuat
Kita minta Keberanian,
Allah memberi Bahaya untuk kita atasi dengan Berani
Kita meminta Kebijaksaan,
Allah memberi masalah untuk kita pecahkan dengan Bijaksana
Kita minta dijadikan orang yang penuh kasih sayang,
Allah memberi kita orang bermasalah untuk kita Kasihi
Kita meminta kesenangan dan kenikmatan,
Allah memberi hidup, ujian dan tantangan yang penuh warna untuk mengantarkan kita meraih kesenangan
Kita Tidak Menerima apapun yang kita Inginkan,
Namun Allah telah memberikan semua sarana yang kita perlukan untuk mewujudkannya.
Sesungguhnya doa kita telah dikabulkan oleh Allah